Sabtu, 16 Mei 2009

Brainstorming

Brainstorming dikenal sebagai sebuah teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak-benyaknya dalam kelompok guna mencari solusi dari sebuah permasalahan. Metode ini pertama kali dipopulerkan oleh Alex Faickney Osborn di tahun 1930an pada buku yang berjudul Applied Imagination.


Aturan Dasar

Ada 4 aturan dasar dalam brainstorming:

  1. Menghasilkan ide sebanyak mungkin (kuantitas ide)

  2. Menghasilkan ide segila mungkin (tidak perlu membatasi ide dengan batasan-batasan tertentu)

  3. Membangun ide dari ide-ide yang sebelumnya (memperbaharui atau memodifikasi)

  4. Menghindari penilaian atas ide-ide yang dihasilkan (dimaksudkan agar pikiran bebas dari sesuatu hal yang bersifat resist atau mengganggu proses menghasilkan ide)

Metode

Metode ini tidak harus dilakukan secara berurutan atau mungkin bisa dihilangkan beberapa bagian yang dirasa tidak penting. Metode ini merupakan proses berpikir brainstorming yang digunakan pada umumnya:

  1. Memilih masalah

Masalah yang dibahas tidak perlu terlalu besar. Cukup masalah yang lebih simple namun tetap mengarah pada masalah besar tadi. Misalnya “bagaimana mendesain alat pengangkut tabung LPG yang baik” dapat dipilah-pilah menjadi beberapa komponen seperti pengangkut tabung LPG satuan, pengangkut tabung LPG banyak, pengangkut tabung LPG ukuran besar, pengangkut LPG dalam keadaan banjir, dan lain-lain.

  1. Kumpulkan anggota kelompok

Anggota kelompok yang dipilih ini harus sama-sama memiliki keinginan untuk memecahkan masalah yang telah dipilih.

  1. Memilah anggota kelompok

Anggota kelompok dipisah-pisahkan untuk mencari ide yang terpisah pula, tetapi tetap sama-sama memecahkan masalah yang sama. Misalkan ada 30 orang yang mengikuti, dibagi 3 subkelompok masing-masing 10 orang. Masalah yang akan dibahas “bagaimana mendesain alat pengangkut tabung LPG yang baik”. Kelompok pertama dapat membahas pengangkut tabung LPG satuan, begitu seterusnya.

  1. Membuat daftar pertanyaan

Misalkan masalah yang dibahas “bagaimana mendesain alat pengangkut tabung LPG yang baik”. Kita dapat membuat daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah, seperti “apa kendala saat kita membawa tabung LPG?”, “kepada siapa desain kita nanti akan ditujukan? apakah orang dewasa atau lansia?”, “apa yang dibutuhkan orang yang membawa tabung LPG? Dapat membawa dengan nyaman ataupun ringankah?”, begitu seterusnya.

  1. Persiapan

Ini ditujukan agar proses brainstorming bisa dilakukan dengan baik. Pilihlah 1 ketua yang akan menjadi orang yang memulai dan mengakhiri brainstorming dengan waktu yang telah ditentukan. Tiap kelompok yang sudah mendapat tema untuk dibahas, memilih 1 orang sebagai pencatat ide. Pencatat ide juga boleh berpendapat. Tempat duduk kelompok dapat disusun melingkar untuk memudahkan proses. Proses brainstorming dapat dibagi beberapa sesi, tiap sesi diberi batasan waktu. Tentukan goal ide pada setiap sesi, misalkan sesi pertama 10 menit, kita harus mendapat minimal 10 ide. Setiap sesi dapat ditingkatkan goalnya.

  1. Proses brainstorming

Proses dapat dimulai pada 1 orang untuk mengemukakan pendapat, kemudian setelah itu dilanjutkan orang berikutnya searah jarum jam. Setiap 1 orang yang berpendapat dicatat oleh pencatat ide. Setiap orang yang ingin berpendapat harus menunggu gilirannya. Jika seseorang kahabisan ide, dapat dilompati gilirannya. Begitu seterusnya hingga sesi selesai

  1. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengambil solusi ide yang terbaik. Evaluasi dilakukan setelah semua sesi selesai. Jika tidak ada lagi ide yang bisa dikemukakan sebelum sesi habis, dapat dilakukan evaluasi. Solusi ini dapat berupa ide satuan maupun gabungan dari beberapa ide dari anggota. Setelah mendapat beberapa solusi dapat dilakukan evaluasi total. Evaluasi total yaitu menggabungkan solusi-solusi yang didapat oleh tiap kelompok dan dapat menghasilkan ide yang terbaik.

Osborn berpendapat bahwa dengan melakukan brainstorming akan didapat ide-ide dua kali lebih banyak daripada berpikir secara individu. Benarkah hal tersebut? Beberapa percobaan dilakukan untuk menguji kesimpulan Osborn tersebut. Tahun 1958, setahun setelah buku Osborn tersebut diterbitkan, sebuah penelitian membuktikan bahwa kesimpulan Osborn ternyata salah! Percobaan lain yang dilakukan tahun 1987 oleh Michael Diehl dan Wolfgang Stroebe dari Tubingen University di Jerman menghasilkan kesimpulan serupa.

Ide-ide yang dihasilkan brainstorming ternyata tidak mampu mengalahkan jumlah ide-ide yang dihasilkan oleh ide-ide yang dikumpulkan masing-masing anggota kelompok setelah mereka diminta bekerja sendirian.

Mengapa bisa demikian? Ada beberapa kemungkinan di sini. Kemungkinan pertama adalah apa yang disebut sebagai free rider phenomenon. Di sini, beberapa anggota kelompok lebih memilih untuk menyimpan pendapatnya dan membiarkan anggota lain berpartisipasi. Bisa jadi mereka merasa sesi brainstorming tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna untuk diri mereka sendiri. Alasan kedua adalah apa yang disebut dengan evaluation apprehension. Menurut teori ini, para peserta kemungkinan tidak berani menghasilkan ide-ide yang benar-benar gila karena kuatir akan ditertawakan di belakang. Diehl dan Stroebe mengakui adanya pengaruh kedua kemungkinan tersebut, walau tidak signifikan. Menurut mereka, yang paling berperan adalah fenomena ketiga yang disebut dengan blocking.

Apa itu blocking? Pada sesi brainstorming, para peserta akan bergantian mengemukakan idenya. Pada saat ada orang lain yang berbicara, sementara ada ide yang tiba-tiba muncul di otak Anda, Anda harus menunggu giliran. Dan karena kapasitas memori jangka pendek (short-term memory) manusia tidak mampu menghasilkan ide baru sementara masih harus mengingat ide sebelumnya yang belum dikeluarkan, Anda akan menghabiskan waktu tanpa mampu menghasilkan ide lebih lanjut. Terkadang, bila giliran untuk berbicara terlalu lama, bisa jadi Anda malah sudah melupakan ide yang hendak Anda sumbangkan. Fenomena ini juga didukung oleh fakta bahwa semakin banyak anggota kelompok yang ikut, semakin sedikit ide yang dihasilkan, bila dibandingkan dengan jumlah ide yang bisa dihasilkan bila masing-masing anggota kelompok bekerja sendirian.

Kalau demikian, bukankah brainstorming tidak berguna? Bukankah lebih baik bila kita bekerja sendirian dulu dan lalu ide-ide tersebut tinggal dikumpulkan dan digabung? Tentu saja tidak. Kelebihan brainstorming yang tidak dimiliki oleh kerja sendirian adalah kemampuannya menggabungkan ide dari beberapa individu. Karena itu yang harus dipikirkan adalah bagaimana memanfaatkan kelebihan tersebut sambil mengurangi kelemahannya.

Teknik sederhana berikut layak untuk dicoba. Sebelum sesi brainstorming dimulai, masing-masing peserta diberi secarik kertas dan diminta bekerja sendirian terlebih dahulu selama 20-30 menit. Minta mereka mendaftarkan sebanyak mungkin ide yang bisa dihasilkan. Setelah itu barulah mereka diminta bergabung dalam kelompok sambil membawa daftar tersebut. Untuk membuat sesi brainstorming menjadi hidup, jangan meminta mereka membaca daftar tersebut secara kaku. Tetap biarkan diskusi mengalir bebas, dan bila diskusi kebetulan menyinggung salah satu item pada daftar mereka, barulah item tersebut dikeluarkan. Minta kelompok terus menerus membangun ide yang satu dari ide lainnya. Pada akhir sesi, diharapkan semua item pada daftar peserta sudah dibahas. Dengan cara tersebut, brainstorming akan menghasilkan manfaat maksimal.

Selamat mencoba…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar