Rabu, 17 Juni 2009

Kap Lampu Kertas (part 2)


Kembali lagi ke Pramana yang menyenangkan. Kembali lagi ke tugas mingguan. Berhubung karena tugas yang lalu banyak yang jelek, dosen memberi 'keringanan' dengan diizinkannya membuat ulang tugas-tugas yang terdahulu. Uuuh. Tak tanggung-tanggung, 3 tugas dalam 1 minggu yang melelahkan. Uhf. Semua tugas itu harus mendapat nilai minimal C. jika ada 1 orang di kelas yang mendapat nilai dibawah C, maka satu kelas tidak akan mendapat nilai. Asyik kan? Salah satu diantara tugas itu adalah kap lampu. Sungguh tidak adil karena nilai yang lalu saya mendapat A-.

Kembali lagi ke kap lampu. Kali ini saya mendesain kap lampu yang hampir sama dengan yang pertama. Sudah buntu. Desain hampir sama, namun bentuk tabung berbeda. Kali ini saya membuat tabung dengan banyak bentuk segitiga. Lubang cahayanya sudah diganti lebih variatif. Daripada bingung-bingung mikir. Komposisi serta bentuk relatif sama, hanya ukurannya saja yang diperkecil. Biar menghemat bahan (mahasiswa harus kreatif, hehehe).

Penilaian berlangsung. Saya sih optimis saja. Saya pikir akan mendapatkan nilai A seperti saudaranya yang dulu. Dugaan saya meleset. Dapat BC+. Mungkin bukan rezeki saya. Hahaha. Kata teman-teman sih bagus. Bahkan malah ingin dibawa pulang. Tapi saya sangat sayang pada tugas itu, karena pembuatannya yang memakan waktu dan tenaga. Teman saya berani membayar, tapi saya tidak memberikan. Masih saya simpan sebagai kenang-kenangan. Hahaha.

Kap Lampu Kertas

Pramana is begin. Hahaha. Suatu hal yang sangat melelahkan. Setelah weekend yang menyenangkan, Seninnya disambut oleh mata kuliah Pramana. Dalam kuliah saya ini disebut prinsip dasar desain. Belum lagi harus mengumpulkan tugas mingguan. Hufh.

Kali ini tugas mingguannya yaitu mendesain sebuah kap lampu, tapi terbuat dari kertas duplex. Bahan utama yang dominan harus dari kertas duplex, boleh sedikit menggunakan lem, kawat, dan juga tentu saja dudukan lampu. Harus mikir lagi. Belum eksekusi mengerjakannya. Desainnya pun harus berbeda dari kap lampu yang sudah umum. Dan harus memenuhi unsur-unsur desain. Ada pengulangan bentuknya. Ada iramanya. Ada nilai estetikanya. Pokoknya yaang aneh-aneh. Belum lagi harus asistensi. Capeknya.

Akhirnya terpilihlah sebuah bentuk yaitu 5 buah prisma segi enam yang disusun berdempetan. Semuanya memiliki tinggi yang tdak sama. Tak kurang dari 3 hari, kap lampu harus jadi, serta lampu yang menyala di dalamnya. Mengapa 3 hari, karena 3 hari terbuang hanya untuk asistensi. Uhh. Untung saja berhasil menyelesaikannya.

Tahap penilaian. Jantung dag dig dug, tapi saya optimis (karena melihat hasil desain teman-teman yang kurang begitu memuaskan, hehehe). Dosen mulai melihat-lihat kap lampu saya. Setelah penilaian, saya lega karena kap lampu saya berhasil mendapat nila A- (kenapa sih harus ada minus). Awalnya dapat AB+, tapi karena lampunya bisa menyala, akhirnya dosen mau berbaik hati menambahkan sedikit, sebagai imbalan. Hahaha.

Jadi, inilah desain kap lampu saya dari duplex. Jangan khawatir, kertasnya tidak akan terbakar, karena sudah terukur dengan akurat (haha, seperti arsitek saja). Kekurangan kap lampu ini hanya masalah umur kertas dan tidak tahan air (maklum, kertas). Demikianlah, terimakasih atas atensinya. Berminat? Hubungi saya (haha, promosi).

Selasa, 16 Juni 2009

Belajar Goblok Dari Bob Sadino



Bob Sadino juga tidak setuju dengan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang digembar-gemborkan pemerintah. Apa pasal? ’’Mestinya bukan UKM, tapi UBB atau Usaha Bakal Besar sehingga kita tetap optimis dan berusaha membesarkan bisnis kita,” katanya.















Teng...!!! Waktu menunjukkan tepat pukul 1 siang waktu itu. Saatnya untuk kuliah Kreativitas-2. Menjalani hari-hari seperti biasa di semester 2 ini. Tiba waktunya untuk resensi buku dari teman-teman. Waktu ada yang meresensikan buku ini, saya sempat tertawa terbahak-bahak begitu mendengar judul buku yang akan diresensikan. Tapi judulnya menarik sehingga saya pun penasaran, apa sih keistimewaan buku ini. Saya mencoba memperhatikan dengan seksama resensi dari teman saya ini.

Rupanya isi buku ini meleset dari dugaan saya, yang semula saya kira akan membosankan. Semuanya bagus sekali. Argumen-argumen dari Bob Sadino sangat real dan nyata. Memang sih sebelum kita memulai untuk belajar, kita harus menjadi 'goblok' dulu. Disini makna goblok jangan disalah artikan. Sebenarnya dalam memulai delajar kita jangan sok tahu, mentang-mentang diri kita sudah pintar, sudah pandai, sehingga kita menjadi congkak dan tidak mau menerima pelajaran yang baru. Andaikata kita gelas, bisa dimpamakan kita ini adalah gelas yang sudah penuh, diisi air lagi. Tentu saja airnya akan tumpah. Jadi sebelum memulai belajar jadilah gelas yang kosong, agar bisa diisi dengan ilmu. Janganlah menjadi gelas yang penuh. Juga jangan menjadi gelas yang bocor. Artinya kita meremehkan ilmu yang kita dapat. Sehingga kita hanya ya ya ya, kemudian besoknya sudah lupa. Jangan juga menjadi gelas yang tertutup, artinya kita tidak bisa menerima pembaharuan, dan memang kita tidak mau menerima ilmu itu.

Bicara mengenai Bob Sadino, beliau ini orangnya agak nyentrik dan nyelenah. Dimana-mana selalu mengenakan celana pendek. Di balik sikap nyentrik dan nyeleneh Bob Sadino, ia berhasil membangun bisnisnya selama puluhan tahun. Dan, ia bisa duduk santai dengan beberapa presiden sambil ngobrol ngalor ngidul. Yang jelas, peserta seminar yang umumnya pelaku bisnis merasa mendapat pengalaman dan pencerahan yang luar biasa.

Sayangnya, nyaris tidak ada pengusaha kelas kakap yang tertarik bincang bisnis Bob Sadino. Mungkin khawatir dicap goblok. Jadi, mau pintar atau goblok ala Bob Sadino? Anda yang memilih.